Rabu, 11 Februari 2015

Teruntuk Masa Depan

Dear calon suamiku kelak.

Aku hanya ingin berlari, menari membentang tangan seperti bocah yang sibuk mencari seimbang karena takut terjatuh melewati alang-alang.
Melompati batu-batu tajam.
Menuruni curam lalu membasuh kaki dan lupa diri.
Untuk itu aku mengundangmu.
Untuk itu aku memintamu.
Untuk itu, kekasih.

Aku tidak butuh bisa makan enak.
Aku tidak butuh menjadi kaya raya.
Aku hanya butuh nanti bisa punya tidur yang nyenyak setelah tua dan mati dengan karya.

Denganmu..
Aku tetap ingin menjadi anak kecil yang lugu.
Yang tidak pernah ragu pada angin untuk bisa terbang.
Yang bisa terus menyanyikan lagu.
Yang bisa tetap percaya matahari bisa dipetik dengan tangan telanjang.

Denganmu..
Aku ingin hidup yang manis, yang tidak peduli setan dengan apa itu nanti.
Yang bisa tetap tersenyum dan bertukar peluk meski ternyata hidup kita tragis.
Yang bisa tetap menerima sakit sebagai nikmat yang paling pasti.

Tapi bila kau ingin pergi, pergilah.
Aku hanya akan menangisimu satu kali lalu setelah itu sudah.
Tapi bila ingin kamu meninggalkanku, aku juga akan meninggalkanmu.
Aku akan masuk ke hutan lalu turun ke lembah sunyi.
Menukar duka dengan suka.
Aku akan menyusuri pesisir lalu menerjang ombak sendiri.
Menyiram luka dengan cuka.

Denganmu aku hanya ingin yang sederhana.
Tanpa ingin menjadi pemenang, kecuali mati dikenang.
Denganmu aku hanya ingin yang biasa-biasa saja.
Cukup melihatmu membantuku menyulam baju anak-anakku dengan keringat yang tak mengkerut saja, aku tenang..
Dan aku senang.

-V

Tidak ada komentar:

Posting Komentar